Semua orang pasti sepakat, jika melihat anak kecil pasti ada rasa senang dan cenderung ingin menggendong, mencium atau mencubitnya. Siapa yang tidak gemas ketika melihat si kecil dengan pipi bakpao, mata bening dan belok, bibir mungil nan manis, kulit lembut dan bau khas. Bahkan ada pula yang berusaha membuat agar anak kecil tersebut menangis. Sebab, tangisan anak kecil terdengar sangat merdu dan tampak lucu. Jika sudah menangis, orang tua akan menggendong, merayu dengan memberikan sesuatu agar tenang kembali.

Menurut para peneliti dari Yale University, seperti dilansir di detikhealth (28 Januari 2013). Setiap kali seseorang melihat atau menemukan sesuatu yang menggemaskan, logika akan menganggap hal tersebut harus diperlakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang. Namun sebaliknya, sebagian kasus muncul perilaku agresif atau semi agresif seperti ingin mencubit atau membuat suara.

Rebecca Dyer, ketua peneliti menjelaskan, “perilaku agresif bisa disebabkan oleh efek ‘high-positive’ dari emosi yang sangat positif, adanya orientasi pendekatan dan rasa hampir kehilangan kontrol.” (dikutip dari Medindia, 28/1/2013)

Anak kecil dengan segala tingkahnya akan terlihat lucu. Semua orang yang melihatnya pasti dibuat tersenyum. Makan berlepotan, menumpahkan makanan dan minuman itu hal biasa dan wajar. Memanjat kursi, menaiki meja menjadi hal yang lazim dilakukan. Membuat isi rumah berantakan adalah sesuatu yang sedap dipandang mata. Tembok yang semula bersih tiba-tiba terdapat lukisan abstrak yang memesona. Bicaranya ceplas-ceplos dan polos sangat merdu didengar oleh telinga. Ketika punya keinginan harus segera dipenuhi, tak bisa ditunda. Apabila perasaannya sedang tidak menentu dan tidak nyaman, akan diekspresikan dengan tangisan. Semua itu sukses menarik perhatian orang tua.

Namun, sebagian orang tua menganggap semua kegiatan yang dilakukan anak kecil itu tidaklah wajar. Akhirnya orang tua melarangnya, tidak boleh begini-begitu. Orang tua khawatir anaknya celaka, jatuh dan terluka. Karena naluri balita cenderung aktif, maka mereka tak mengindahkan larangan orang tua. Sehingga, orang tua menganggap bahwa hal itu disebut anaknya nakal.

Perlu diketahui, anak-anak cenderung sangat aktif, suka bergerak dan berlarian kesana-kemari. Memanjat, naik, turun. Ia tidak bisa atau jarang berdiam di satu tempat dalam waktu yang lama. Hal itu menunjukkan anak Anda adalah anak yang cerdas. Sebab ia banyak mencoba dan belajar dari aktivitas-aktivitas yang ia lakukan.

Hal itu dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sabdanya.

“Aktifnya anak kecil akan menambah akalnya ketika dia dewasa nanti.” (HR. Tirmizi)

Menurut Muhammad Ali dalam Shalah al-Buyut fi Juhdi al-Nabi mengutip pendapat Imam Nawawi, bahwa aktifnya anak kecil (maksudnya kepekaan dan ketajaman instingnya) laksana burung gagak yang tangkas dan cepat. Keaktifan dan kreativitasnya adalah tanda kecerdasannya.

Sebaliknya, menurut Muhammad Said Mursi dalam kitabnya yang berjudul Fannu Tarbiyati al-Aulad fi al-Islam, anak pendiam yang suka menyendiri dan tidak terlalu aktif cenderung tumbuh menjadi anak yang pasif, lemah, dan takut mencoba hal-hal baru.

Bapak/ibu, mulai sekarang berhentilah mengatakan nakal pada anak. Berhati-hatilah mengucapkan kata-kata positif kepada mereka. Sebab, ucapan orang tua kepada anak adalah doa yang mustajab. Sebagai orang tua, sangat tidak ikhlas jika dibilang anak kita nakal. Karena itu, jangan pernah mengatakan nakal kepada anak sendiri dan juga kepada anak-anak lainnya.

Simorejo
Oleh: Slamet Widodo
Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Captcha verification failed!
CAPTCHA user score failed. Please contact us!